Thursday, December 15, 2016

Ayo hijaukan kembali ladang kita


Jamur saat ini sudah menjadi salah satu jenis sumber makanan primadona, mengingat kandungan gizi yang terkandung di dalamnya. Selain itu jamur merupakan makanan sehat karena rendahnya kandungan lemak yang ada didalmnya. Dan saat ini pasar jamur sangat terbuka dengan lebar, mengingat masyarakat luas sudah mengenalnya. Bandingkan dengan tahun 2000 an, menjual jamur dipasar masih sangat sulit, karena masih banyak orang yang beranggapan bahwa jumur itu mengandung racun. Memang, tidak semua jenis jamur bisa dimakan, ada beberapa jenis jamur mengandung racun. Ciri cirri jamur yang mempunyai warna mencolok, berlendir atau berbau menyengat biasanya mengandung racun. Jadi disarankan jangan mengonsumsi jenis jamur seperti itu. Namun saat ini banyak juga jenis jamur yang bisa dikonsumsi dan sudah dibudidayakan secara luas, khususnya di Indonesia. Diantaranya jamur tiram, jamur kuping, jamur sitake, jamur merang, jamur lingsi dan lain-lain.

Seiring dengan meningkatnya jumlah petani pembudidaya jamur, maka kebutuhan material utama media penumbuh jamur juga semakin meningkat. Dulu sekitar tahun 2000 an, serbuk gergaji dari tempat penggergajian bisa didapatkan dengan cuma-cuma. Namun saat ini satu rit pick up, seorang pemroduksi baglog harus merogoh kocek sebesar Rp. 270.000, dengan rata-rata 1900 s/d 2000 pcs boglog hasil produksinya (ukuran plastik 19x35 cm). Hal ini merupakan salah satu kendala bagi para petani pembudidaya jamur, walaupun sudah menyediakan uang untuk membeli serbuk gergaji, namun terkadang serbuknya tidak tersedia, karena menipisnya stok cadangan kayu di ladang. Dalam 5 tahun terakhir sudah banyak depo-depo penggergajian yang tutup karena kurangnya stok kayu yang akan diproses. Alhasil para pembudidaya jamur harus mencari serbuk kadang bisa berpuluh puluh kilometer untuk mendapatkan material tersebut.
Kondisi ini semakin lama akan semakin sulit apabila kita tidak bersama-sama untuk turut menanggulangi, terlebih pada para petani pembudidaya jamur. Partisipasi kita untuk turut andil dalam menumbuhkan atau menghijaukan kembali ladang, salah satunya dengan usaha penanaman kembali jenis-jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat baglog jamur. Karena kecepatan pembuatan baglog tidak sebanding dengan pertumbuhan kayu, maka kita harus mencari jenis kayu yang pertumbuhanya juga cepat untuk mengimbangi kebutuhan serbuk kayu bagi para pembuat baglog. Salah satu jenis yang bisa ditanam adalah jenis kayu sengon dengan varietas sengon “Solomon”. Pertumbuhan kayu jenis ini relatif sangat cepat dibanding dengan jenis kayu lain, yang serbuknya bisa digunakan untuk membuat baglog jamur.

Kami yang tergabung dalam koperasi usaha bersama JAMURAN dusun Sodong desa Genting kecamatan jambu kab Semarang Jawa Tengah, turut andil dalam bagian ini, dan mencoba mendatangkan jenis sengon ini dari wilayah Purworejo Jawa Tengah sebanyak 1500 pohon. Dan kami mengajak warga sekitar untuk turut andil dalam penanaman ini. Untuk mendapatkan sebatang bibit albasia Solomon, petani bisa membayar Rp. 3500 per pohon kepada koperasi. Dan harapanya dalam lima tahun kedepan petani sudah bisa memanen kayu tersebut.

Albasia jenis Solomon, memang menjadi primadona bagi para petani sengon saat ini, konon katanya pertumbuhanya yang luar biasa cepat membuat daya tarik tersendiri, walaupun harga bibitnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan sengon laut atau sengon lokal. Namun hitung-hitungan bisnis masih lebih mengutungkan dengan menanam sengon jenis ini dibanding dengan sengon lokal.

*Pohon sengon Solomon dengan usia 5 tahun bisa mencapai diameter batang 50 cm, bandingkan sengon biasa pada umur 5 tahun rata-rata hanya 25 cm. Wow bisa dua kali lipat, pertumbuhanya sangat cepat. Jenis sengon ini berasal asli dari kepulauan Solomon, makanya orang menyebutnya “Sengon Solomon”.  Sebatang pohon sengon solomon berumur 5 tahun dengan batang bebas cabang sepanjang 15-20 meter mampu menghasilkan 0,9-1,1 m3. Bandingkan dengan kubikasi sengon lokal pada umur 5 tahun dengan tinggi batang bebas cabang rata-rata hanya 8-10 meter. Oleh karena itu sebatang sengon lokal hanya menghasilkan 0,7-0,9 m3. Meski meraksasa, biaya produksi sengon solomon relatif sama dengan sengon biasa. Biaya perawatan rata-rata Rp2.500 per pohon per tahun. Riap sengon Solomon tumbuh rata-rata 10 cm per tahun. Itu dua kali lipat riap tumbuh sengon lokal.

*Sumber : http://www.kompasiana.com/sengonsolomon/sengon-solomon-sang-pohon-raksasa-penghasil-uang_54f90afba3331162158b4d13


1 comment:

  1. CASINO DATES OFF AFTER 7PM – Harrah's Gulf Coast
    Harrah's 아산 출장마사지 Gulf Coast on Thursday officially 경상북도 출장마사지 closed 7:15 a.m. The event 양산 출장샵 space features more 천안 출장안마 than 175 table games including blackjack, poker, 목포 출장샵

    ReplyDelete