Jamur saat ini
sudah menjadi salah satu jenis sumber makanan primadona, mengingat kandungan
gizi yang terkandung di dalamnya. Selain itu jamur merupakan makanan sehat
karena rendahnya kandungan lemak yang ada didalmnya. Dan saat ini pasar jamur
sangat terbuka dengan lebar, mengingat masyarakat luas sudah mengenalnya. Bandingkan
dengan tahun 2000 an, menjual jamur dipasar masih sangat sulit, karena masih
banyak orang yang beranggapan bahwa jumur itu mengandung racun. Memang, tidak
semua jenis jamur bisa dimakan, ada beberapa jenis jamur mengandung racun. Ciri
cirri jamur yang mempunyai warna mencolok, berlendir atau berbau menyengat biasanya
mengandung racun. Jadi disarankan jangan mengonsumsi jenis jamur seperti itu.
Namun saat ini banyak juga jenis jamur yang bisa dikonsumsi dan sudah
dibudidayakan secara luas, khususnya di Indonesia. Diantaranya jamur tiram,
jamur kuping, jamur sitake, jamur merang, jamur lingsi dan lain-lain.
Seiring dengan meningkatnya jumlah
petani pembudidaya jamur, maka kebutuhan material utama media penumbuh jamur
juga semakin meningkat. Dulu sekitar tahun 2000 an, serbuk gergaji dari tempat
penggergajian bisa didapatkan dengan cuma-cuma. Namun saat ini satu rit pick
up, seorang pemroduksi baglog harus merogoh kocek sebesar Rp. 270.000, dengan
rata-rata 1900 s/d 2000 pcs boglog hasil produksinya (ukuran plastik 19x35 cm).
Hal ini merupakan salah satu kendala bagi para petani pembudidaya jamur,
walaupun sudah menyediakan uang untuk membeli serbuk gergaji, namun terkadang
serbuknya tidak tersedia, karena menipisnya stok cadangan kayu di ladang. Dalam
5 tahun terakhir sudah banyak depo-depo penggergajian yang tutup karena
kurangnya stok kayu yang akan diproses. Alhasil para pembudidaya jamur harus
mencari serbuk kadang bisa berpuluh puluh kilometer untuk mendapatkan material
tersebut.
Kondisi ini semakin lama akan
semakin sulit apabila kita tidak bersama-sama untuk turut menanggulangi,
terlebih pada para petani pembudidaya jamur. Partisipasi kita untuk turut andil
dalam menumbuhkan atau menghijaukan kembali ladang, salah satunya dengan usaha
penanaman kembali jenis-jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat baglog
jamur. Karena kecepatan pembuatan baglog tidak sebanding dengan pertumbuhan
kayu, maka kita harus mencari jenis kayu yang pertumbuhanya juga cepat untuk mengimbangi
kebutuhan serbuk kayu bagi para pembuat baglog. Salah satu jenis yang bisa ditanam
adalah jenis kayu sengon dengan varietas sengon “Solomon”. Pertumbuhan kayu jenis
ini relatif sangat cepat dibanding dengan jenis kayu lain, yang serbuknya bisa digunakan
untuk membuat baglog jamur.
Kami yang tergabung dalam koperasi
usaha bersama JAMURAN dusun Sodong desa Genting kecamatan jambu kab Semarang
Jawa Tengah, turut andil dalam bagian ini, dan mencoba mendatangkan jenis
sengon ini dari wilayah Purworejo Jawa Tengah sebanyak 1500 pohon. Dan kami mengajak warga sekitar
untuk turut andil dalam penanaman ini. Untuk mendapatkan sebatang bibit albasia
Solomon, petani bisa membayar Rp. 3500 per pohon kepada koperasi. Dan harapanya
dalam lima tahun kedepan petani sudah bisa memanen kayu tersebut.
Albasia jenis Solomon, memang
menjadi primadona bagi para petani sengon saat ini, konon katanya pertumbuhanya
yang luar biasa cepat membuat daya tarik tersendiri, walaupun harga bibitnya
jauh lebih mahal dibandingkan dengan sengon laut atau sengon lokal. Namun
hitung-hitungan bisnis masih lebih mengutungkan dengan menanam sengon jenis ini
dibanding dengan sengon lokal.
*Pohon sengon Solomon dengan usia 5
tahun bisa mencapai diameter batang 50 cm, bandingkan sengon biasa pada umur 5
tahun rata-rata hanya 25 cm. Wow bisa dua kali lipat, pertumbuhanya sangat
cepat. Jenis sengon ini berasal asli dari kepulauan Solomon, makanya orang
menyebutnya “Sengon Solomon”. Sebatang
pohon sengon solomon berumur 5 tahun dengan batang bebas cabang sepanjang 15-20
meter mampu menghasilkan 0,9-1,1 m3. Bandingkan dengan kubikasi sengon lokal
pada umur 5 tahun dengan tinggi batang bebas cabang rata-rata hanya 8-10 meter.
Oleh karena itu sebatang sengon lokal hanya menghasilkan 0,7-0,9 m3. Meski
meraksasa, biaya produksi sengon solomon relatif sama dengan sengon biasa. Biaya
perawatan rata-rata Rp2.500 per pohon per tahun. Riap sengon Solomon tumbuh
rata-rata 10 cm per tahun. Itu dua kali lipat riap tumbuh sengon lokal.
*Sumber : http://www.kompasiana.com/sengonsolomon/sengon-solomon-sang-pohon-raksasa-penghasil-uang_54f90afba3331162158b4d13
CASINO DATES OFF AFTER 7PM – Harrah's Gulf Coast
ReplyDeleteHarrah's 아산 출장마사지 Gulf Coast on Thursday officially 경상북도 출장마사지 closed 7:15 a.m. The event 양산 출장샵 space features more 천안 출장안마 than 175 table games including blackjack, poker, 목포 출장샵